PASUNDAN POST ■ Tugas dakwah masyarakat adalah bagian dari pembinaan karakter anak sejak dini. Mereka harus dilibatkan dalam dakwah-dakwah Islam sesuai dengan kemampuan sejak dini yang dijalani secara rutin menjadi bagian dari mereka belajar tentang kehidupan.
Demikian hal tersebut disampaikan Ustadz Nashrullah Jumadi, Pendiri PONPES TAHFIZHUL QUR'AN "KH khoirotun Hisan" Surakarta, pada Senin (15/3).
Penggagas SSTQ KH ini mendorong agar dakwah bukan dijalani nanti setelah selesai sekolah/mondok, tapi harus menjadi bagian dari rutinitas belajarnya anak setiap hari.
Menurutnya, hal itu tidak sulit tinggal beban dan tanggung jawabnya nanti disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak.
"Sedih rasanya ketika jumpai alumni ponpes, tapi tak siap ngajar ngaji anak kampung," ungkapnya.
Oleh sebab itu, Ustadz Jumadi berpendapat dakwah harus menjadi bagian dari anak-anak belajar tentang hidup. Dakwah bukan hal yang terpisah dari proses belajar anak-anak kita.
"Hari ini banyak kita jumpai ponpes-ponpes kita yang santri/wati nya ada didalam kompleks terus .. belajar dan belajar ... sampai mereka lulus .... kemudian baru menjalani masa pengabdian selama 1 tahun (tugas)," imbuhnya.
Akhirnya, lanjut Ustadz Jumadi, sedikit sekali lahir kader-kader dakwah ditengah masyarakat, hal ini tidak sebanding dengan jumlah lulusan pesantren yang ada.
"Lulusan pesantren ternyata tidak ada jaminan mampu menjadi kader-kader dakwah yang istiqomah. Salah satu faktornya barangkali anak-anak kita tak dibiasakan menjadi bagian dari proses dakwah yang sedang berjalan hari ini," katanya.
Terkait hal ini, pihaknya lalu menggagas RUMAH BACA & BAKAT santri yang merupakan pengembangan dari SEKOLAH SORE TAHFIZH QUR'AN (SSTQ) KH.
SSTQ KH sendiri adalah program TUGAS DAKWAH MASYARAKAT (TDM) yang wajib dilaksanakan oleh santri/wati yang telah mampu yang dilaksanakan setiap Selasa dan Kamis sore.
"Alhamdulillah program ini mampu istiqomah hingga saat ini," terangnya.
Dengan program tersebut, Ustadz Jumadi berharap kedepannya jika anak-anak telah selesai mondok di KH, diharapkan mereka mampu mengelola lembaga pengajaran qur'an sebagaimana SSTQ KH.
Ditempat ini, kata Ustadz Jumadi, Santri/wati mengelola semuanya dari keuangan, ngajar, kegiatan tambahan dll -- jadi tidak hanya bisa ngajar saja, tapi dengan manajemen dan pengelolaan yang baik, tidak asal jalan. (R-01)