Notification

×

Iklan

Iklan


Tutur Sunda dalam Bingkai Ke-Bhinekaan

Kamis, 19 November 2020 | 12:50 WIB Last Updated 2021-10-05T16:53:24Z
 
Tutur Sunda dalam Bingkai Ke-Bhinekaan

Oleh: Husni Abubakar

Perjuangan Indonesia untuk berdiri sebagai sebuah negara yang berdaulat tidak lepas dari perjuangan masyarakat indonesia saat itu. Dengan karakteristik masyarakatnya yang majemuk bangsa indonesia pada akhirnya mampu melewati masa kolonialisme dengan segala duka dan pedih yang dirasa lebih kurang selama 353 tahun. 

Pergolakan perjuangan juga pemikiran tumbuh dari berbagai tokoh pemikir bangsa hingga membawa pada satu kesepakatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan pancasila sebagai dasar negara. 

Beragam latar belakang masyarakat bersatu dan seirama menyongsong Indonesia sebagai sebuah negara yang berdaulat, suku jawa, sunda, bugis, dan lain – lain hadir mengisi ruang – ruang perjuangan tersebut. 

“ Era sebelum kemerdekaan Republik Indonesia banyak tokoh Jawa Barat yang hadir atau memberikan kontribusi dikancah nasional, sebagai contoh mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dari sumedang, Ir.H. Juanda dengan deklarasi Djuanda sebagai awal kejayaan maritim Indonesia dan Otto Iskandardinata,” tukas Ahmad Heryawan ( Mantan Gubernur Jawa Barat dalam rapat Forum Komunikasi Masyarakat Sunda Pangumbaran/Pengembara ( Formas ) di bali ( 14/2/15) seperti di sitat laman BERITA SATU.

“ Selain itu, 80 persen pergerakan yang bersifat nasionalis dan agamis di Indonesia terlahir di Bandung,” ungkap Aher ( Sapaan Ahmad Heryawan ).  Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa sumbangsih masyarakat sunda terhadap kedaulatan negara memang nyata adanya.

Tutur sunda dalam bingkai kebhinekaan bukan hanya sebatas opini semata, tetapi spiritnya lebih dulu merefleksi dalam perjuangan kemerdekaan bangsa, artinya sebelum negara ini hadir, nilai – nilai kesundaan lebih dulu mengalir dalam sendi kehidupan masyarakat jawa barat khususnya. Asas keberbedaan dalam kehidupan sosial masyarakat itu kemudian di ikat dalam satu  “ika” sebagai pilar semboyan negara kesatuan.

Bahasa sunda sendiri jika dilihat dari perspektif linguistik merupakan salah satu bahasa dari cabang melayu – polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia ( rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya didunia ). 

Bahasa ini ditutur oleh setidaknya 42 juta orang dan merupakan bahasa ibu dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setalah bahasa jawa.

Bahasa ini dituturkan di hampir seluruh provinsi jawa barat dan banten juga sedikit daerah di jawa tengah. Bersama bahasa baduy, bahasa sunda membentuk suatu rumpun bahasa sunda yang dimasukkan kedalam rumpun bahasa melayu – sumbawa. ( wikipedia.org).

Karakteristik masyarakat yang santun dan ramah di jawa barat hususnya, serta tutur bahasa lisan yang lembut dan cenderung berirama menjadikan tutur sunda sebagai bahasa keseharian warga di mayoritas publik otonom di provinsi jawa barat. 

Menariknya adalah jika kita lihat provinsi lain dengan label jawa didepan nya, seperti jawa tengah dan jawa timur menjadikan tutur jawa sebagai bahasa keseharian yang dominan, maka berbeda dengan jawa barat. Tutur sunda menjadi mayoritas komunikasi verbal masyarakatnya. 

Hal tersebut menunjukkan bahwa tutur sunda membuktikan ke ikut sertaan nya dalam percaturan bingkai keragaman kehidupan sosial masyarakat berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia. (***)


×
Berita Terbaru Update