PASUNDAN POST ■ Pihak berwenang Indonesia mulai mengevakuasi warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi yang bergejolak pada hari Jumat menyusul peningkatan aktivitas vulkanik.
"Anak-anak balita dan lansia Lereng Merapi sudah diungsikan ke sister village (Muntilan kulon). Sebagai bentuk Antisipasi Dini," tulis Bang Indra, melalui akun FB-nya, di Info Merapi seraya melampirkan sebuah foto aktifitas giat evakuasi, kemarin.
Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Yogyakarta, Hanik Humaida, memperingatkan bahwa Merapi, gunung berapi paling aktif di Indonesia, bisa meletus kapan saja, kemungkinan mengirimkan awan gas panas ke lerengnya hingga 5 kilometer (3 mil).
Edy Susanto, pejabat Badan Penanggulangan Bencana Daerah, mengatakan sekitar 300 orang dari dua desa, kebanyakan lansia, ibu hamil dan anak-anak, dibawa ke tempat penampungan darurat di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Susanto mengatakan tindakan darurat untuk mengevakuasi orang-orang yang tinggal dalam jarak 6 kilometer (3,7 mil) dari mulut kawah sedang dipersiapkan karena pemerintah daerah di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta memantau situasi dengan cermat.
Pada hari Kamis, badan geologi Indonesia menaikkan tingkat kewaspadaan Merapi ke tingkat tertinggi kedua setelah sensor mendeteksi peningkatan aktivitas.
Gunung 2.968 meter (9.737 kaki) berjarak sekitar 30 kilometer (18 mil) dari pusat kota Yogyakarta. Sekitar seperempat juta orang tinggal dalam radius 10 kilometer (6 mil) dari gunung berapi.
Merapi memuntahkan abu dan gas panas dalam kolom setinggi 6 kilometer (3,7 mil) ke langit pada bulan Juni, tetapi tidak ada korban yang dilaporkan.
Letusan besar terakhirnya pada tahun 2010 menewaskan 347 orang dan menyebabkan evakuasi 20.000 penduduk desa.
Indonesia, sebuah negara kepulauan dengan lebih dari 270 juta orang, terletak di “Cincin Api” Pasifik dan rentan terhadap gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Ahli seismologi pemerintah memantau lebih dari 120 gunung berapi aktif. (R-01)