PASUNDAN POST ■ Ustadz Syekh Ali Jaber meminta kepada para jamaah dan netizen agar bersabar menyikapi peristiwa penusukan yang dialaminya. Sebab, saat terjadi punusukan tersebut ramai di perbincangkan di media sosial.
“Pada netizen jangan terpancing dan termotivasi dengan ujian yang terjadi, katanya penusuk ulama dibilang gila. Kalau pejabat dibilang teroris, sabar, sabar, jangan kita buruk sangka, jangan su'udzon,” katanya, kepada awak media di Bandar Lampung, pada Senin (14/9).
Menurutnya, banyak orang yang melakukan cara-cara untuk memadamkan cahaya Al-Quran, namun Syekh Ali Jaber berkata itu akan sia-sia.
Syekh Ali pun menjelaskan jika setelah peristiwa penusukan itu terjadi, dirinya kembali melanjutkan kajiannya.
“Banyak orang yang memadamkan cahaya Al-Quran, tapi tidak akan ada yang mampu memadamkan cahaya Al-Quran. Malam itu habis musibah saya isi kajian dan alhamdulilah pada hari ini masih bisa ramah tamah dan akan kembali ke Jakarta,” katanya.
Pelaku Terlatih
Melalui konferensi pers ini, Syekh Ali menegaskan jika tidak menerima jika dalam kasus penusukan itu sang pelaku dianggap mengalami gangguan kejiwaan.
“Saya tidak terima kalau pelaku dianggap gila. Maaf dia sangat sadar, berani, dan terlatih. Berarti ada orang di belakangnnya Allahu'alam. Kita harap proses hukum diteruskan,” pungkasnya.
Meski sempat tertusuk di lengan sebelah kanannya, Syeh Ali Jaber tetap melanjutkan kegiatannya di Bandarlampung. Seperti hari ini (14/9), dirinya bertolak ke Baba Rayan Cafe n Resto, di Durian Payung.
Dalam kesempatan tersebut kepada media, Syeh mengungkapkan bahwa banyak berita miring yang menyebutkan bahwa pelaku penusukan dirinya merupakan orang dengan gangguan jiwa.
Dengan tegas Syeh Ali Jaber membantah dugaan terhadap kondisi kejiwaan pelaku. Dan dirinya tidak terima pelaku dikatakan gila, karena dengan cara pelaku menyerangnya tampak telah terlatih.
“Saya tidak percaya dia gila, cara memburu targetnya langsung ke bagian vital, menurut saya bukan gangguan jiwa, dia sangat berani dan sangat terlatih,” ujarnya, Senin (14/9).
Ia meyakini tindakan pelaku sudah teroganisir. Hal itu dirasakan Syeh Ali Jaber saat pelaku mengujamkan pisau ke arah dirinya.
“Kalau saya tidak bergerak bisa saja pisau itu kena leher atau kepala saya,” terangnya.
Untuk itu dia meminta aparat kepolisian bisa mengungkap kasus tersebut, termasuk orang yang ikut berperan di belakang pelaku.
“Mohon dihukum karena kita negara hukum, jangan main hakim sendiri,” ujarnya.
Dirinya pun minta aparat kepolisian untuk dapat dengan tenang mengungkap kasus tersebut, dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan pelaku gangguan jiwa.
“Saya punya kepercayaan besar sama polisi, jangan disalahgunakan. Selesaikan dengan fokus, selidiki, tenang dan saya akan sabar menunggu keadilan ini,” ujarnya. (RL/BG/JP)