PASUNDAN POST ■ Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi bersama perangkat Desa Neglasari melakukan penyisiran ke permukiman penduduk yang terdampak bencana pergeseran tanah di Kampung Cicadas, desa Neglasari, kecamtan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Kepala Desa Neglasari Ukat mengatakan penyisiran dimaksudkan guna mengetahui kondisi terkini terhadap rumah warga yang terdampak pergeseran tanah.
"Kami lakukan ini untuk melihat kondisi rumah warga kampung Cicadas Desa Neglasari, Kecamatan Cibadak yang rusak serta sekaligus memberikan imbauan kepada masyarakat agar tidak bertahan di rumahnya, karena lokasi bencana ini kondisinya semakin parah," ujarnya, seperti dirilis Reporterweb, pada Rabu (25/03).
Dia menyebutkan ihwal kejadian pergeseran tanah terjadi pada Selasa malam (24/03) sekitar pukul 22.00 WIB dan di perkirakan sementara ada 8 rumah yang terkena dampak pergeseran tanah tersebut, dua di antaranya kondisinya sangat rusak.
"Kondisi kerusakan rumah milik warga yang rusak ringan ada, juga yang rusak parah. Selain itu, melihat aktivitas tanah yang terus bergeser atau bergerak makin meluas. Kami memastikan keamanan warga, hingga memberi himbauan guna mengantisipasi jatuhnya korban jiwa," terang Ukat.
Seperti diketahui, masa tanggap darurat bencana ini sudah diperpanjang. Awalnya dari tahun 2019 sampai 2020, sudah dua kali ada pergerakan ini.
"Melihat fakta ini, tidak menutup kemungkinan akan diperpanjang lagi, karena melihat kondisi lokasi bencana, pergerakan tanah masih terjadi yang mengakibatkan kerusakan parah," imbuhnya.
Selain BPBD, dalam giat tersebut juga terlihat para relawan, Babinsa, Bhabinkamtibmas dan pengurus Pemdes Neglasari.
Perwakilan BPBD Sukabumi Dami mengatakan pihaknya memberikan bantuan terkait kegiatan-kegiatan kemanusiaan selama masa tanggap darurat bencana ini.
"Kegiatan kami di lokasi bencana ini akan terus berlanjut hingga aktivitas pergeseran tanah sudah berhenti dan aman," katanya.
Dalam cacatan Pasundan Post, wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi merupakan zona merah yang rawan atas pergeseran tanah dan longsor.
Puluhan warga bahkan sempat diungsikan ke kantor desa, tahun 2019 lalu. Warga di dua kampung, yakni Kampung Ciroay dan Garunggang mengungsi lantaran khawatir kembali terjadi longsor dan pergerakan tanah yang semakin melebar.
Akibatnya, aktivitas warga terganggu dan nyaris terisolir akibat akses jalan terputus. Dan ternyata ada beberapa rumah warga yang terdampak.
Camat Cibadak, Lesto Rosadi kala itu menyebutkan ada lima titik rawan longsor dan pergerakan tanah di Desa Neglasari. Diantaranya di Kampung Kampung Tugu, Ciroay, Garunggag, Cicadas dan Caringin.
Kondisi alam dan kontur tanah yang labil menyebabkan warga sering bingung, terlebih pada saat ini, ditengah merebaknya wabah corona.
"Bagaimana kita tidak bingung Kang, minggu lalu kita disuruh berdiam diri dirumah karena ada wabah corona. Nah, sekarang kita disuruh keluar rumah karena ada gempa dan pergerakan tanah, kumaha atuh Kang, liuer," keluh sutisna, warga setempat.
Meski demikian Sutisna mengaku masih bersyukur karena adanya kepedulian dari pemerintah setempat.
"Yah, orang kecil seperti kami ini hanya bisa berdoa agar musibah yang datang ini bisa segera berakhir," ujar Tisna lirih.
■ Asep Yopi